Friday, February 25, 2011

BBM oh BBM......

Sejak siang tadi saya ingin sekali menuliskan tentang hal yang satu ini, yang sedang saya alami dan mungkin ada dari anda yang juga mengalaminya. belakangan ini saya merasa kekurangan sosialisasi verbal atau malah bisa dikategorikan anti sosial (ansos), namun itu datang di luar jam kerja atau sepulang dari tempat bekerja lebih tepatnya. saya merasa menjadi 'text generation' istilah yang saya maksudkan yaitu komunikasi yang dilakukan dengan lebih banyak menggunakan text. sebut saja seperti BlackBerry Messenger (BBM), twitter, email ataupun sms. menelfon seseorang untuk membicarakan pekerjaan bahkan sudah sangat berkurang sejak munculnya komunikasi berjenis BlackBerry Messenger itu. mengapa membuat kita seperti kecanduan dengan komunikasi semacam itu ya..? yang membuat kita mendeskripsikan apapun dalam bentuk teks, walaupun memang kadang berupa picture ataupun voice note.

Merasakah anda bahwa sudahlah jarang sekali menelfon sahabat, kerabat ataupun rekan kerja? apalagi dilingkungan pekerjaan tertentu mungkin sudah banyak yang mau tidak mau harus memakai Blackberry ini agar komunikasi bisa lebih mudah. seperti halnya saya. saya membeli Blackberry untuk komunikasi di dunia pekerjaan, itu alasan utama dan juga sahabat serta teman yang memang saat ini kebanyakan memang menggunakan gadget ini juga.

Saya mencoba flashback tentang alat komunikasi yang masih saya ingat pernah saya gunakan. dari mulai telfon rumah, menelfon atau ditelfon pacar berjam - jam atau bahkan hanya sekedar gosip dengan teman ditelfon. seru ya dulu jika anda juga demikian. ada juga telfon umum berupa koin, kartu ataupun juga wartel. bicara tentang jenis alat komunikasi yg baru saja saya sebutkan, sepertinya saat ini sudah tidak ada kabarnya lagi ya. melihat telfon koi pun sudah agak langka, apalagi telfon kartu dann wartel kini sudah sangat jarang ditemui. padahal dulu ini juga merupakan salah satu bisnis yang banyak diminati.

coba anda ingat sejenak saat mengantri di telefon umum ataupun wartel, atau saat menunggu pacar menelfon ke rumah. sekarang sudah nyaris tidak pernah terlihat lagi hal itu. inilah perkembangan telekomunikasi. sempat juga ada pager, dimana message berupa text yang bisa dikirimkan dengan menelfon operator pager terlebih dahulu dan kita hanya dapat menerima pesan dengan jumlah karakter tertentu. lucu ya, saat sedang rindu dengan si pacar, kita harus mengatakan "i miss u" pada mba operator. tersenyum sendiri saya mengingat hal itu. dari pager beranjak ke henfon, yang dulu tarifnya masih tergolong mahal. membeli simcardnya saja bisa lebih dari Rp 500.000, coba bandingkan dengan kemudahannya saat ini. dengan Rp 5.000 rupiah saja kita sudah bisa membeli simcard yang sudah ada pulsanya. dan menelfon ke sesama operator hanya dengan Rp 1.000 sudah bisa melakukan panggilan lebih dari 30 menit. bayangkan dahulu mengirimkan sms yang tarifnya Rp 350/sms (160 karakter) sudah cukup menjadi andalan semasa sekolah dulu. menelfon pun lebih baik ke rumah daripada ke henfon GSM. sampai muncul lah CDMA yang tarifnya seperti telfon rumah namun jenisnya seperti henfon. sempat sangat hits pastinya. bisa menelfon dengan Rp 1.000 selama sejam ke sesama operator CDMA. operator GSM pun mulai berlomba - lomba memberikan tarif dan paket murah. semakin dimudahkan saja kita untuk menghubungi siapapun bahkan di luar negeri sekalipun. seandainya tarif itu ada sejak jaman saya masih kuliah, maka alangkah senangnya pasti ibu saya karena tidak perlu mengeluarkan ratusan bahkan pernah lebih dari 1 juta rupiah per bulannya hanya untuk menelfon anaknya yang sekolah di luar kota ini. beranjak dari tarif murah GSM, muncul lah Blackberry yang sukses dengan BBM nya (BlackBerry Messenger). jenis komunikasi masa kini yang sedang happening dikalangan berbagai usia dan juga status sosial. tak jarang melihat abege yang menggunakan Blackberry, malah di tempat saya bekerja messenger serta pramuniagapun memiliki Blackberry, sampai ke mas kantin di tempat saya bekerjapun berBB. luar biasa! dan jujur saja, BBM pun semakin hits dan membuat cukup ketergantungan dan menggantikan banyak hal. sebut saja si CDMA, jika anda masih memilikinya selain Blackberry yang juga selalu ada di genggaman, coba cek call register di CDMA anda. saya lakukan tadi ke beberapa teman. last call adalah keluarga, atau subordinate yang masih menggunakan CDMA atau belum memakai Blackberry. dan cek inbox sms anda, isinya lebih banyak dari si operator selular yang anda gunakan atau penawaran program dari credit card yang anda miliki. betapa dahsyatnya BBM ini. membuat kita lebih banyak menunduk dan kadang tertawa sendiri, menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. mungkin itu sudah biasa anda dengar, namun yang lebih nyata lagi... kita memang ketergantungan dengan BBM ini. lihat saja saat berita tentang RIM akan dicabut ijinnya di Indonesia, which is Blackberry tidak dapat digunakan lagi di Indonesia. banyak sekali yang menentang. karena kebiasaan dan sudah menjadi kebutuhan dan malah ketergantungan. tapi memang itulah yang ada saat ini.


Di tempat saya bekerja, yang notabene adalah sebuah Department Store berlantai 2 dan memiliki banyak karyawan serta dikunjungi ratusan customer setiap harinya, kini HT tidaklah menjadi alat komunikasi yang wajib dibawa oleh para staf di floor karena BBM Group telah menggantikannya. Boss tidak lagi memanggil kami di HT ataupun telfon tapi hanya cukup BBM di group. briefing, task, dll bisa melalui BBM ataupun email yang sudah disetting di Blackberry masing - masing.


Saya sebagai pengguna BB, mau tidak mau memang mengakui keunggulaannya untuk saat ini. namun, mengapa belakangan saya semakin malas berbicara, bahkan melalui telefon dan sosialisasi verbalpun mulai berkurang. bahkan bertukar kabar ataupun berceloteh seringkali hanya dilakukan melalui jejaring sosial seperti twitter. Instant Messaging seperti YM pun mulai tergeser. inikah yang terjadi dengan banyak orang saat ini? mengirimkan teks melalui BBM adalah lebih digandrungi dibandingkan dengan menelfon dan mendengar langsung suara serta intonasi dari lawan bicara. apakah ini membuat anda menjadi malas menelfon? bahkan malas memberikan instruksi lewat kata - kata?

saya rindu dimana telfon rumah berdering dan berbicara berlama - lama disitu. rindu menunggu jam 12 malam menelfon ke luar kota dengan tarif murah. rindu bersms ria. yang ada sekarang, semurah apapun tarif telfon dan sms, tetap sepertinya BBM masih menjadi juaranya. sampai kapan? semoga anak saya nanti tidak menunduk terus karena sedang BBMan. semoga anak saya nanti tidak minta diambilkan susu melalui BBM dan membahas PR matematika di BBM. semoga kami bisa kembali berkomunikasi dengan mendengar suara serta nada bicara lagi, bukan hanya dengan teks dan icon - icon lucu. tapi bukan berarti saya berharap gadget ini hilang dari muka bumi. saya masih merasakan manfaatnya untuk saat ini. saya hanya berceloteh tentang keadaan sekitar dengan komunikasi yang sedang digandrungi banyak orang ini. apakah anda juga merindukan komunikasi seperti dahulu? seperti 10 tahun lalu mungkin.. :)


indie

No comments: